Quiet quitting merupakan fenomena yang menjadi perhatian serius para manajemen perusahaan dan HR. Bagaimana tidak, efeknya begitu berdampak pada produktivitas, kinerja, dan keharmonisan tim.

Mengingat pengaruhnya yang sangat buruk pada kemajuan perusahaan, para pemilik perusahaan wajib tahu apa maksud dari istilah quiet quitting itu sendiri.

Mengenal Arti Quiet Quitting

Ilustrasi Karyawan yang Mengalami Quiet Quitting
Ilustrasi Karyawan yang Mengalami Quiet Quitting

Sebagai informasi, quiet quitting sering diartikan sebagai fenomena di mana karyawan secara fisik berada di dalam organisasi, tetapi kontribusinya secara perlahan-lahan berkurang. Alhasil, tanggung jawab yang diembannya dikerjakan setengah hati sehingga hasilnya kurang maksimal.

Istilah quiet quitting mulai dikenal secara luas sejak ramai dibahas di TikTok pada 2022 lalu. Meski tidak sepopuler istilah burn out (kelelahan kerja), tetapi quiet quitting tetap saja perlu Anda pahami.

Bagaimana tidak, fenomena quiet quitting berpengaruh pada penurunan produktivitas, keharmonisan tim, dan kinerja. Akibatnya, perusahaan berpotensi hanya jalan di tempat atau malah mengalami kerugian.

Penyebab Quiet Quitting

Ada berbagai penyebab terjadinya quiet quitting yang sering dialami oleh para pekerja. Untuk mencegah kemunculannya, Anda wajib tahu apa saja penyebabnya, mulai dari yang paling umum hingga paling jarang. Berikut penjelasannya:

1. Kompensasi Kurang Memuaskan

Ilustrasi Kompensasi Kurang
Ilustrasi Kompensasi Kurang yang Bisa Menyebabkan Quiet Quitting

Pemberian kompensasi yang dinilai tidak sesuai dengan kerja keras dan tingkat tanggung jawab karyawan biasanya akan langsung menurunkan motivasi kerja mereka. Jika hal itu berlangsung secara berkelanjutan, performa kerja yang diberikan tentu saja semakin menurun.

Bahkan tidak sedikit yang akhirnya memutuskan untuk resign dan mencari pekerjaan di perusahaan lain.

Agar para pekerja berbakat mau memberikan kinerja terbaiknya, para petinggi perusahaan perlu untuk memperhatikan besarnya kompensasi yang diberikan. Sepantasnya kompensasi tersebut layak dan sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan performa kerja mereka.

2. Beban Kerja yang Berlebihan

beban kerja berlebihan
Beban Kerja Berlebihan Menjadi Penyebab Karyawan Mengalami Quiet Quitting

Di era persaingan bisnis yang begitu ketat, tidak jarang perusahaan membuat karyawannya bekerja terlalu keras untuk mencapai target tertentu. Mungkin jika hal itu terjadi sekali atau dua kali tidak akan menyebabkan quiet quitting.

Namun, apabila terjadi terlalu sering atau bahkan setiap hari, potensi karyawan mengalami kondisi di atas sangatlah besar.

Sebagai pemilik bisnis, sangat perlu mempertimbangkan jam kerja dan tingkat tanggung jawab pada setiap karyawan. Sebaiknya tidak memberikan mereka beban berlebih, apalagi tanpa adanya tambahan gaji atau bonus.

3. Lingkungan Kerja Tidak Nyaman

Lingkungan Kerja Tidak Nyaman
Lingkungan Kerja Tidak Nyaman Seringkali Menyebabkan Quiet Quitting

Kenyamanan dalam bekerja tidak hanya karena kurangnya kompensasi atau kelebihan jam kerja, tetapi bisa juga karena lingkungan kerja yang tidak mendukung. Misalnya sang pemimpin pilih kasih atau ada karyawan lain yang berlaku seenaknya.

Lingkungan kerja yang seperti itu lebih berpotensi membuat karyawan mengalami quiet quitting yang berujung mengajukan surat pengunduran diri.

Sebagai pemimpin, penting untuk memantau secara berkala bagaimana iklim kerja di kantor. Tunjukkan juga sikap menghargai, tidak berpihak meski pada orang terdekat, dan mengambil keputusan secara adil.

4. Fasilitas Tidak Memadai

Fasilitas kerja tidak memadai
Quiet Quitting Seringkali Disebabkan Fasilitas Kerja yang Tidak Memadai

Mengerjakan suatu pekerjaan tentu saja memerlukan dukungan fasilitas yang memadai. Tanpa fasilitas memadai, karyawan akan kesulitan dan membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Kondisi seperti ini sebenarnya sangat berdampak pada perkembangan perusahaan. Hanya saja masih banyak yang mengabaikannya.

Meski perlu mengeluarkan dana besar untuk membeli perlengkapan kantor yang memadai, namun efek positifnya dapat meningkatkan kinerja karyawan. Alhasil, perusahaan bisa balik modal dan mendapatkan keuntungan maksimal.

Cara Mengatasi Quiet Quitting

mengatasi quiet quitting
Ada Beberapa Cara Mengatasi Quiet Quitting

Karena berdampak besar pada berjalannya operasional perusahaan, memang sangat penting untuk mengetahui cara efektif dan efisien untuk mengatasi quiet quitting. Penasaran bagaimana caranya? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini :

1. Sampaikan Dorongan, Bukan Paksaan

Tidak ada salahnya memberi target kepada karyawan untuk mencapai visi dan misi dari perusahaan. Hanya saja penyampaiannya jangan terkesan memaksa, tetapi usahakan dengan cara yang lebih efektif dalam membangkitkan semangat mereka.

Nantinya, karyawan akan bekerja sesuai dengan panggilan hati, bukan hanya karena paksaan dari petinggi kantornya.

Cara seperti ini akan menumbuhkan loyalitas karyawan dan menjadikan mereka bekerja dengan sepenuh hati. Boleh saja menetapkan target tinggi, tetapi pastikan untuk mempertimbangkan situasi dan kondisi yang sedang terjadi.

2. Berikan Kompensasi yang Layak

Pemberian kompensasi yang layak juga merupakan kunci untuk mencegah munculnya fenomena yang disebutkan di atas.

Besar atau kecilnya kompensasi bisa dipertimbangkan dari tingkat tanggung jawab, performa kerja, dan nilai kerajinan. Usahakan selalu adil dalam memberikan kompensasi kepada seluruh karyawan.

Sebelum mengambil keputusan, bangun komunikasi dengan karyawan, bisa perwakilan setiap divisi atau seluruhnya. Selanjutnya, tetapkan keputusan yang tidak hanya menguntungkan salah satu pihak.

3. Jaga Beban Kerja yang Wajar

Meski persaingan bisnis semakin ketat dari waktu ke waktu, namun tidak bijak jika Anda memberikan beban kerja pada karyawan secara berlebihan. Tetapkan beban kerja yang wajar-wajar saja.

Apabila kondisi mengharuskan Anda menetapkan beban kerja lebih dari wajar, berikan bonus atau naikkan gaji mereka.

Pastikan tidak hanya membuat mereka bekerja lebih keras saja tanpa mengimbanginya dengan memberikan gaji dan bonus layak. Lengkapi juga fasilitas pendukung kerja yang memadai.

4. Dengarkan Karyawan

Selain memberikan fasilitas lengkap dan gaji layak, seorang petinggi perusahaan juga perlu mendengarkan pendapat karyawan. Hal ini  berlaku pada pengambilan kebijakan atau keputusan lain yang berpengaruh pada kesejahteraan karyawan.

Mendengarkan pendapat karyawan secara tidak langsung akan memberi pengaruh baik pada perusahaan untuk ke depannya.

Bagaimana bisa seperti itu? Alasannya karena para karyawan merasa dihargai dan didengar. Perlu diingat, pendapat karyawan sebenarnya bisa memberi dampak baik bagi perusahaan di masa mendatang.

Mengapa bisa demikian? Jawabannya sederhana, karena para karyawan umumnya akan memberikan pendapat berdasarkan situasi dan kondisi nyata yang terlihat di lapangan.

5. Jujur Mengenai Peluang Pertumbuhan Karir

Jangan hanya karena ingin mendapatkan keuntungan lebih tinggi kemudian Anda menutup-nutupi peluang pertumbuhan karir para karyawan. Usahakan untuk mengomunikasikan secara jujur mengenai peluang pertumbuhan karir mereka.

Fungsi pentingnya adalah menyamaratakan semua kesempatan karyawan untuk mendapatkan kenaikan jabatan dan gaji.

Dalam usaha peningkatan perkembangan karir, perusahaan bisa memberikan fasilitas kepada karyawan dengan mengadakan corporate training.

Cara seperti ini cukup efektif dalam meningkatkan potensi karyawan, sehingga tugas yang diembannya dapat diselesaikan secara cepat dan efektif.

Tanda-tanda Karyawan Mengalami Quiet Quitting

Produktivitas menurun
Produktivitas Menurun Secara Signifikan Menjadi Salah Satu Penyebab Quiet Quitting

Demi menghindari kerugian akibat karyawan mengalami quiet quitting, sebaiknya para petinggi perusahaan mengetahui apa saja tanda-tandanya. Dengan begitu, pihak perusahaan bisa mencari jalan keluar terbaik sesegera mungkin. Berikut tanda-tandanya :

  • Produktivitas menurun secara signifikan.
  • Kurangnya kesempatan untuk berkembang dalam karir mereka.
  • Ketidakhadiran emosional.
  • Tidak puas dengan lingkungan kerja.
  • Menghindari tanggung jawab tambahan.
  • Kurangnya dukungan dari manajemen.
  • Kurangnya inisiatif yang mengakibatkan penurunan kualitas pekerjaan.
  • Kelebihan beban kerja.
  • Konflik dengan rekan kerja.

Bagaimana, sudah mengerti perihal quiet quitting?. Meski istilah tersebut masih cukup asing, tetapi sebenarnya di lingkungan kerja sudah sering terjadi. Oleh karenanya, para petinggi perusahaan perlu mengetahui kondisi tersebut dan solusi untuk mengatasinya.