Dalam mencapai sebuah kesepakatan bersama, negosiasi kerap dilakukan, di mana dua pihak atau lebih akan berdiskusi. Hal ini sering terjadi saat ada konflik atau perbedaan pendapat antara mereka.

Konflik tersebut bisa timbul dari perbedaan pemahaman antara pihak-pihak terkait. Untuk menyelesaikan konflik tersebut, pihak-pihak yang terlibat perlu berdiskusi untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam proses negosiasi, seringkali satu pihak akan menawarkan sesuatu kepada pihak lain untuk mencapai tujuan. Namun, tidak semua negosiasi menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak, atau yang biasanya dikenal sebagai strategi win-win.

Ada juga strategi Win-Lose yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya, artikel berikut akan mengulasnya untuk Anda.

Apa Itu Win-Lose Negotiation

Negosiasi Win-Lose Dikenal Sebagai Negosiasi Distributif
Negosiasi Win-Lose Dikenal Sebagai Negosiasi Distributif atau Negosiasi Kompetitif

Negosiasi Win-Lose yang juga dikenal sebagai negosiasi distributif atau negosiasi kompetitif adalah jenis negosiasi di mana pihak-pihak yang terlibat menganggap proses negosiasi sebagai permainan nol-sum. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa untuk satu pihak menang, maka pihak lain harus kalah.

Ketika melakukan perundingan, individu yang mengadopsi negosiasi ini cenderung berusaha mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan bagi diri mereka sendiri, bahkan jika itu berarti merugikan pihak lain.

Pandangan semacam ini sering mengarah pada pendekatan kompetitif, di mana setiap pihak berfokus memaksimalkan keuntungan mereka sendiri sambil meminimalkan keuntungan pihak lain.

Meskipun negosiasi Win-Lose kadang-kadang dapat menghasilkan keuntungan jangka pendek bagi satu pihak, seringkali suasana kompetisi yang hadir akan mengarah pada hubungan yang tegang, kepercayaan menjadi berkurang, dan kesempatan untuk dapat saling menguntungkan akan terlewatkan.

Hal ini justru berbanding terbalik dengan jenis negosiasi win-win, atau dikenal juga sebagai negosiasi integratif, di mana strateginya berfokus menciptakan nilai bagi kedua belah pihak.

Jika Win-Lose negotiation dilakukan untuk meraih keuntungan maksimal pada satu pihak, win-win solution bertujuan menemukan solusi untuk memenuhi kepentingan semua pihak yang terlibat.

Selain kedua istilah strategi ini, ada pula jenis negosiasi lain bernama lose negotiation. Sayangnya, strategi ini tidak dianjurkan untuk digunakan, sebab cenderung merugikan kedua belah pihak.

Kemungkinan besarnya kedua pihak yang bernegosiasi akan kalah, karena perundingan yang terjadi biasanya tidak lagi menggunakan akal sehat.

Cara Menggunakan Strategi Win-Lose Negotiation

Strategi Win-Lose Negotiation Sangatlah Penting
Menggunakan Strategi Win-Lose Negotiation Sangatlah Penting

Sebuah taktik atau strategi dalam negosiasi diperlukan untuk membantu memahami inti dari permasalahan yang sedang dibahas dalam proses perundingan.

Penggunaan strategi juga dapat membantu merinci dan menyelesaikan masalah yang dapat menghambat kemajuan dalam perundingan. Untuk memenangkan negosiasi Win-Lose, berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan :

1. Fokus Pada Nilai Bersama Sebagai Langkah Awal

Dalam negosiasi Win-Lose, strategi ini mungkin akan terlihat kontradiktif karena biasanya semua pihak cenderung fokus pada keuntungan pribadi.

Namun sebagai fokus awal, Anda bisa mulai mencari titik temu yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, meskipun secara keseluruhan tetap ada kecenderungan untuk menang atau kalah.

2. Komunikasi Terbuka dan Jujur

Meskipun negosiasi Win-Lose sering kali melibatkan taktik dan strategi yang keras, penting untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur.

Strategi ini akan menciptakan kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat dan menghindari konsekuensi negatif jangka panjang dari ketidakjujuran atau manipulasi.

3. Berikan Tawaran Awal yang Cukup Menekan

Memberikan tawaran awal yang cukup menekan dapat memposisikan Anda lebih unggul dalam negosiasi. Strategi ini akan memberi Anda ruang untuk bernegosiasi dan membuat konsesi yang lebih kecil nantinya.

Tawaran awal yang kuat juga dapat memberikan kesan bahwa Anda serius dan tegas dalam mencapai tujuan Anda dalam negosiasi tersebut.

4. Gunakan Informasi Sebagai Kekuatan

Menggunakan informasi sebagai kekuatan perlu melibatkan penggunaan data, fakta, atau informasi strategis lainnya untuk mendukung argumen Anda dan meyakinkan pihak lawan.

Informasi ini mencakup data statistik pasar, analisis kompetitor, ataupun informasi tentang kebutuhan dan preferensi pihak lawan.

5. Jaga Informasi Rahasia

Dalam negosiasi Win-Lose, menjaga informasi rahasia dapat memberikan Anda keunggulan taktis. Dengan menahan informasi yang sensitif atau berharga, Anda dapat mengontrol aliran informasi dan mencegah pihak lawan menggunakan informasi tersebut untuk melawan Anda.

6. Siapkan Alternatif yang Kuat

Persiapkan alternatif yang kuat sebagai cadangan jika negosiasi tidak berjalan sesuai rencana atau jika Anda tidak mencapai kesepakatan yang diinginkan.

Alternatif ini akan memberi Anda daya tawar tambahan dan menjaga Anda dari keharusan untuk menerima kesepakatan yang justru tidak menguntungkan.

7. Manfaatkan waktu Sebaik Mungkin

Waktu dapat menjadi faktor penting dalam negosiasi. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin dapat meliputi penggunaan batas waktu untuk menekan pihak lawan. Pemanfaatan waktu yang baik juga bisa berupa menunggu momen yang tepat untuk membuat tawaran atau kontra-tawaran.

8. Pertahankan Etika Profesional

Meskipun negosiasi Win-Lose cenderung kompetitif, penting untuk tetap mempertahankan etika profesional.

Contoh etika dasar yang dimaksud adalah menghormati pihak lawan, menghindari taktik yang tidak etis atau merugikan, dan memperlakukan semua pihak dengan rasa hormat dan integritas. Pertahankan etika profesional Anda untuk membantu membangun reputasi yang baik.

Contoh Win-Lose Negotiation

 Contoh Win-Lose Negotiation
Negosiasi Gaji dan Pembagian Proyek Merupakan Contoh Win-Lose Negotiation

Pada dasarnya, banyak yang beranggapan bahwa negosiasi Win-Lose bukan metode yang ideal atau yang berkelanjutan dalam mencapai kesepakatan.

Pendekatan ini justru lebih berpeluang menciptakan konflik, ketidakpuasan, dan ketegangan di antara pihak-pihak yang terlibat. Namun dalam beberapa kasus, strategi ini dapat Anda dimanfaatkan, terutama dalam lingkungan kerja.

1. Negosiasi Gaji

Salah satu contoh negosiasi Win-Lose di lingkungan kerja adalah negosiasi gaji antara seorang karyawan dan atasan.

Seorang karyawan yang ingin menaikkan gajinya dapat menggunakan pendekatan Win-Lose solution dengan menekankan kepada atasan bahwa jika permintaannya tidak ditanggapi, dia mungkin akan mencari pekerjaan di tempat lain.

Dalam contoh ini, karyawan berupaya untuk “menang” dengan mendapatkan kenaikan gaji yang diinginkan. Sementara itu, atasan mungkin akan merasa bahwa mereka harus “kalah” dengan memenuhi tuntutan gaji agar karyawan tetap bekerja di perusahaannya.

2. Pembagian Proyek

Contoh Win-Lose solution dalam pembagian proyek adalah ketika seorang manajer proyek memutuskan untuk memberikan proyek kepada satu tim atau individu.

Dalam contoh ini, tim atau individu yang memperoleh proyek tersebut akan dianggap “menang”, sementara tim atau individu lainnya dianggap “kalah”.

Meskipun hasilnya mungkin tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan proyek secara keseluruhan, namun keputusan tersebut mungkin perlu dibuat untuk menjaga hubungan ataupun untuk memprioritaskan kepentingan tertentu.

3. Mengubah Sistem Kerja yang Lebih Menguntungkan

Contoh lainnya adalah ketika suatu perusahaan memilih untuk menerapkan sistem kontrak karena ingin menghindari kewajiban membayar THR dan tunjangan lainnya kepada karyawan. Namun, seorang pegawai tidak memiliki alternatif lain selain menyetujui kontrak tersebut karena alasan tertentu.

Meski pegawai tersebut akan merugi karena kehilangan hak-hak mereka, namun setidaknya jalan ini adalah solusi terbaik untuk saat ini. Namun dalam kasus ini, karyawan tetap menjadi pihak yang “kalah” dan perusahaan adalah pihak yang “menang”.

Secara umum, situasi negosiasi Win-Lose terjadi ketika salah satu pihak memiliki kekuatan yang lebih besar daripada pihak lainnya. Itulah mengapa negosiasi semacam ini lebih sering terjadi dalam konteks konflik antara atasan dan bawahan, terutama dalam konteks bisnis.